Search

Sunday, December 8, 2013

Memang Harus Perempuan, Pak?

"Tal, nanti kamu pas wisuda ngasih kata sambutan yah ngewakilin mahasiswa angkatan 2011," pinta salah satu dosen gue satu minggu yang lalu.
Tanpa banyak ba-bi-bu, gue langsung mengiayakan tawaran tersebut. Terbayang di pikiran gue ngomong di depan banyak orang, diliput salah satu media yang juga tempat kerja gue (apalagi ada katanya bakal ada si bos), diliatin sama-sama para orang tua temen gue, dan yang paling terpenting bisa bikin orang tua gue yang hadir bangga sama anaknya ini. Bahkan pas balik dari kampus gue langsung ngasih tahu berita baik ini ke orang tua, dan mereka seneng banget.

Tapi sayang satu minggu kemudian niat gue untuk membanggakan orang tua tersebut hancur dengan satu alasan gak masuk akal dan nyesekin, dan alasan itu bernama gender.
"Pak, tadi ada pengumuman apa ya? Maaf tadi pagi saya kerja," Tanya gue saat ketemu Pak Is. Emang malam sebelumnya gue dapet sms dari temen kalau hari sabtu itu semua mahasiswa angkatan 2011.
"Nggak tadi cuma ngulang pengumuman yang minggu lalu soal bayaran wisuda dan softcopy TA. Kamu udah semua?" tanya Pak Ismail, balik.
"Udah pak. Saya udah bayar wisudaan sama udah nyerahin softcopy TA kok."
"Oh bagus kalau gitu,"
"Ada yang lainnya pak?" tanya gue sebelum keluar dari ruangan Pak Ismail,"
"Oh iya satu lagi. Buat nanti wisudah kamu diganti sama Anis yah,"
Jeggger! Gue campur aduk dengernya. Antara kaget, kecewa sama bingung. Harapan gue buat orang tua bangga pas wisuda pun sirna seketika.

Tahu kalau gue butuh penjelasan atas semua ini, Pak Ismail buru-buru angkat bicara, "Jadi yang di Bandung (Kebetulan kampus gue emang di akusisi sama salah satu perguran tinggi yang pusatnya di Bandung) direkturnya pengen kalau yang sambutan perwakilan dari mahasiswa itu perempuan, buka laki-laki."

WHAT? Hanya karena masalah gender? Gila kebentur apa nih otak si direktur?

Sejak kapan ada peraturan perwakilan sambutan dari mahasiswa itu harus perempuan? Kenapa itu direktur nggak ngerubah aja kampus gue jadi kampus kebidanan sekalian biar isinya perempuan-perempuan semua.

Sampai saat ini gue masih schok banget. Untung orang tua gue bisa paham.
Yah inilah realita kehidupan. Nggak selamanya yang punya pendidikan tinggi dan punya jabatan bisa berpikir dan menggunakan jabatannya dengan bijak.

Gue memang harus memupus impian gue untuk membanggakan orang tua di wisuda, tapi gue yakin ada cara lain untuk membanggakan orang tue dan almamater. Tapi tidak untuk membanggakan si direktur berotak anak TK itu!


Friday, November 29, 2013

Ucapkan Selamat Tinggal Pada Kata Ramah

Hampir bulan ini gue bekerja sebagai seorang web-sosial media content di salah satu surat kabar lokal di Kota Bogor. Bekerja sebelum diwisuda itu rasanya sesuatu yang wah banget. Di satu sisi gue ngerasa semua pengorbanan harta dan waktu yang udah dicurahkan selama kuliah ada hasilnya, dan di sisi lain gue bisa bikin orang tua gue bangga. Apalagi buat bokap yang lagi sakit, ini mungkin bisa dibilang obat tersendiri.

Sebagai mana lazimnya sesorang yang baru masuk di 'dunia baru', pasti ada adaptasi yang harus mereka lewati. Baik itu adaptasi terhadap waktu, lingkungan, dan termasuk orang-orang yang ada di dalamnya. Sebagai orang baru apalagi yang masih muda banget gue berharap bisa diterima dengan baik di tengah lingkungan orang-orang media yang dikenal fokus dan kadang nggak peduli sama lingkungannya sendiri. Cara yang paling ampuh untuk diterima orang-orang baru di sekitar kita menurut gue adalah dengan bersikap ramah. Kenapa gue berpikir begitu? Karena siapa juga yang mau temenan sama orang yang mukanya ditekuk mulu kayak baju setrikaan dianggurin. Tapi tentunya ramah bukan berarti juga over akrab. Gue mencoba ramah tapi dengan menghindari kesan sok kenal sok dekat alias SKSD.
Setiap ketemu orang, khususnya orang redaksi (tempat gue bekerja), gue mencoba untuk senyum ke orang-orang yang gue temui, bahkan ketika gue keluar kamar mandi dan ketemu orang gue pasti senyum sambil sesekali menyapa (walau kadang nggak kedengeran, saking gugupnya).

Tapi seperti judul postingan ini, gue hanya bisa bilang selamat tinggal untuk kata ramah. Yah, maksud gue untuk ramah dengan tersenyum ternyata di salah artikan oleh beberapa orang, dan parahnya itu bikin sakit hati banget.

Jadi kejadiannnya seperti ini. Tadi malam (FYI: Gue selama awal-awal emang dikasih shift malem terus), gue keluar kamar mandi dan papasan sama Mas Pur (bukan nama sebenarnya) yang ngambil sesuatu di loker. Seperti biasa, gue senyum sayangnya Mas Pur cuek-cuek aja. Dia tetep fokus ngubek-ngubek lokernya, gak tau nyari apaan. Padahal kita jelas-jelas kontak mata. Gue sih bodo amat lah. Lagian udah bukan sekali dua kali gue senyum tapi nggak ditanggepin. Biarin aja yang penting gue udah nyoba untuk membuka diri dan tidak terkesan sombong walau mungki senyum-senyum mulu bisa bikin orang nyangka gue orang gila. But it's ok. Nah, ini dia bagian yang bikin gue sakit hati. Pas gue jalan itu ada seseorang yang bilang gini "ciee..ciee". Gue lihat kan ada apaan, ternyata cengan itu memang ditujukan ke gue yang ternyata tanpa disengaja jalannya bareng sama Mas Pur. Gue sih menganggap itu biasa aja. Gue bahkan dicengin punya hubungan khusus sama salah satu cowok di redaksi (catet yah gue bukan HOMO). Buat gue sih kayak gitu cuma selentingan biasa. Bahkan gue menganggap dengan cengan itu, artinya gue sudah dianggap ada di orang redaksi yang jumlahnya lebih dari sepuluh orang itu. Seiring dengan cengan itu, gue berjalan ke ruangan gue dan duduk di meja kerja gue. Tanpa sengaja dan kayak digerakin sendiri, gue melirik ke arah orang yang cengin gue. Nah di situ ada dua orang, satu orang berambut klimis yang tadi cie cie-in gue dan satu lagi cowok berambut acak-acakan dengan postur tubuh tinggi. Nah cowok yang sumpah gue nggak tahu siapa namanya ini ngobrol sesuatu sama cowok yang satunya lagi dan sepersekian detik kemudian mata gue menangkap dia sambil ngobrol itu dia melemparkan senyuman mengejek ke arah gue. Gue yakin obrolan itu pun tentang gue. Bukannya ke ge eran, tapi apalagi kalau nggak ngomongin orang yang baru aja mereka cengin? ditambah dengan senyuman najis kayak tadi.

Malam itu gue jujur aja gue kerja nggak fokus. Hati gue panas tapi gue nggak bisa apa-apa. Oke, gue emang orang baru yang gak tahu apa-apa, nggak tahu nama orang-orang se kantor, bahkan nggak tau tradisi di kantor seperti apa. Kalau ngomongin dan cengin orang jadi tradisi kantor 'menyambut'orang baru, gue cuma bisa bilang KAMPUNGAN!
Selama ini gue mencoba ramah dengan tersenyum ke orang-orang di kantor termasuk dengan dua cowok yang ngecengin dan ngomongin gue tadi dengan tujuan bisa bersahabat dan bisa diterima tapi ternyata kenyataannya gue cuma jadi bahan olok-olok seperti ini buat apa? Gue memang baru, baru banget di dunia kalian, tapi maaf sebagai manusia, gue masih punya harga diri!

Sambil mengelus dada, dalam hati gue cuma bisa ngerasa miris. Di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang media yang menjadi sarana komunikasi dan penyebaran informasi tapi ternyata ada orang yang tidak tahu cara menerima komunikasi dari orang lain. Hari ini, gue mencoba mengibarkan bendera setengah tiang atas matinya keramahtamahan di negeri ini.

Tuesday, September 17, 2013

Balada Dosen Luar

Dosen Luar ? 
Dulu waktu awal-awal gue kuliah, pas denger kata Dosen Luar, pikiran gue langsung muter nyari jawaban apa sih yang dimaksud dosen luar ? Apakah jenis dosen yang selalu kelayaban pas jam ngajar atau jenis dosen yang selalu diusir-usir mulu sama mahasiswanya keluar kelas? Setelah gue betapa di ujung tiang penangkal petir yang ada di atap kampus, akhirnya gue tahu apa yang dimaksud dengan Dosen Luar.
Jadi yang dimaksud Dosen Luar itu adalah dosen yang gak tetap, atau simpelnya dosen yang gak selalu ada di kampus. Alasannya banyak, bisa karena ngajar di kampus lain, kerja full time, atau bisa juga dia emang wirausaha.
Sebagai mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta, gue tentunya nemuin banyak dosen luar yang sifat, kelakuan, dan mukanya yang bermacam-macam. Ada dosen gue yang mukanya mirip bintang film action mandarin dan ada dosen luar gue yang mukanya mirip Zaskia Adya Mecca.
Dosen luar kadang ada enaknya. Karena kebanyakan ngajar cuma karena hobi, maka kadang-kadang ngajarnya pun sedikit 'asal-asalan'. Ada dosen gue yang kalau ngajar dijadwalin jam setengah sembilan, eh baru datang datang jam sembilan dan kadang cuma ngajar setengah jam. Hebat kan ? 
Ada juga yang kalau ngajar kerjaannya cuma ngasih tugas kelompok. Bilangnya minggu depan kumpulin tapi pas minggu depannya nggak masuk sampai empat minggu lebih. Pas masuk lagi, ya wasalam itu tugas. Dianya juga udah pasti nggak inget.
Tapi dosen luar berubah jadi momok menakutkan begitu udah semester akhir, apalagi kalau dosen luar itu jadi dosen pembimbing. Entah berapa ribu kali curhatan seperti "Duh, Pak Anu lagi keluar kota. Bab satu gue gimana nih ?" atau "Yah, mau seminar tapi belum minta tanda tangan Bu Itu. Sibuk mulu sih,". Dan dari sekian juta mahasiswa di negeri ini, gue adalah salah satu yang terkena dampak dari dosen luar yang super sibuk dan amat sangat susah ditemui.
Dosen pembimbing satu gue adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Selain jadi PNS, beliau juga ngajar di salah satu kampus dan juga bimbel. Udah gitu dia juga seorang ibu rumah tangga. Kebayang kali gimana sibuknya ibu dosen [yang menurut gue] cantik itu ?
Awalnya sih dia selalu ngingetin tentang bimbingan, bahkan pernah waktu itu jam sembilan malem, dia sms gini,

"Mau bimbingan kapan nih ? Ibu tunggu yah.."

Gue kaget. Kok dia sampai seperhatian itu sama gue ? Apa jangan-jangan ibu dosen pembimbing gue ada rasa sama gue ? Gue tepis semua itu, karena gue anggap itu cuma bentuk perhatian biasa dari dosen aja, apalagi kan dia juga udah berkeluarga. 
Minggu pertama, gue bimbingan lancar-lancar aja walau gue harus bimbingan di kampus lain, karena dia ngajar. Tapi semua berubah dalam sekejap. Nggak tahu kenapa, dia yang dulunya suka nanyain kapan bimbingan, tiba-tiba ketika gue yang mulai inisiatif duluan buat ngatur jadwal bimbingan, selalu aja dia sibuk. Bahkan kalau pun gue sms selalu singkat-singkat. Tapi untungnya gue bisa seminar dan sidang dengan lancar walau dengan konsekuensi gue harus ngejar-ngejar itu dosen, bahkan sampai ke mall ketika dia lagi jalan sama suaminya. Sekali lagi, sama suaminya!
Kadang suka lelah sih kalau udah bermasalah dengan jadwal dosen luar yang super sibuk. Gue tahu, disatu sisi mereka (baca; para dosen luar) risih karena kita selalu sms buat bimbingan atau sekedar minta tanda tangan. Gimana pun juga untuk beberapa bulan mereka kedatangan orang yang mungkin nggak pernah mereka duga dan secara sengaja masuk ke kehidupan mereka tanpa permisi, dan orang-orang itu adalah kami: Para mahasiswa akhir yang sedang berkutat dengan skripsi ataupun tugas akhir
Tapi gue yakin sebete dan sekesal apapun para dosen luar khususnya yang jadi dosen pembimbing, mereka juga pasti pernah ngerasain gimana lelahnya ngejar-ngejar dosen pembimbing buat minta tanda tangan di lembar persetujuan, bimbingan, dan ngatur jadwal sidang dan mereka tentu secara otomatis punya rasa simpati buat kita para mahasiswa akhir. Dengan catatan kitanya juga harus nunjukin kesungguhan dan semangat kita. Kalau masih males-malesan mah jangan harap dosen luar yang jadi dosen pembimbing mau bantuin kita. MUSTAHIL!!
Well, pada akhirnya pilihan akan tetap ada di tangan kita. Mau wisuda walaupun harus ngejar-ngejar dosen dulu atau hanya tetap duduk di rumah, pacaran, stalking timeline mantan dan bersiap ucapkan selamat tinggal kepada sesuatu yang sakral bernama WISUDA.

Friday, July 12, 2013

Menulis Komedi: Mentertawakan Diri Sendiri Untuk Ditertawakan Orang Lain

Waktu kecil gue adalah anak yang hobi banget sama baca. Mulai dari baca buku pelajaran sampai kertas koran bekas buat bungkus bawang gue baca. Tapi dari semua itu, gue paling doyan baca komik. Komik favorit gue adalah Monica. Itu loh komik asal Brazil yang nyeritain kehidupan si bocah cewek tomboy bareng temen-temenya yang usil kayak Jimmy Lima, Dekil, Buki, dan lain-lain. Semakin tua umur gue ternyata perlahan kecintaan gue terhadap komik mulai luntur. Iya sih sesekali gue baca komik juga tapi nggak se-eksterem waktu kecil dulu.

Lulus SMA gue mulai suka novel, terutama yang teenlit gitu. Gue lupa novel pertama yang gue baca apa, tapi yang gue inget waktu itu gue beli di deket stasiun Bogor dan harganya sepuluh ribu. Oh iya sama satu lagi, gue beli itu buat tugas Bahasa Indonesia. Nggak tahu kenapa, gue sama sekali nggak nikmatin baca novel yang seperti itu. Ngerasa kayak remaja yang selama ini hidup di dunia khayalan. Sampai suatu hari, gue main ke toko buku. Rencana awalnya sih mau baca komik Nube. Iya itung-itung buat nostalgia sama komik yang udah lama gue tinggalin. Tapi udah jodoh kali yah. Sore itu, gue sama sekali nggak nemu komik Nube, yang ada nemu sebuah buku berjudul 'Uwikoskop: Uwi Menggila Kalian Menggeli'. Pas gue baca bukunya, gue ngerasa kayak ada sesuatu yang baru. Isi di bukunya sih cuma nyeritain pengalaman dan obesrvasi tentang lingkungan Uwi sendiri. Yah kayak semcam curhatan di diary gitu. Tapi buat gue justru disitu poinnya. Dan dari situ pula gue mulai tertarik dengan buku yang genrenya Personal Literatur alias Pelit. Sejak saat itu tiap gue punya duit, gue pasti main ke toko buku dan nyari buku jenis itu. Apalagi kebanyakan yang jenis Pelit berbau komedi. Sebagai titisan Aming, tentu gue suka banget sama yang namanya Komedi. 
Kayak orang sakau, gue pun mulai ketagihan buat beli buku Pelit Komedi lainnya. Inget banget , buku Pelit Komedi yang gue beli selanjutnya judulnya Gie's Diary yang nulis namanya Gie (Iya udah tahu!). Dibuku ini dia nyeritain pengalaman kocak dan absurd-nya waktu di SMA. Jujur, buku ini mengilhami gue untuk mulai nyemplung ke dunia tulis menulis dan mulai pede buat ngirimin tulisan gue itu ke penerbit setelah baca halaman belakangnya yang ada semacam ajakan buat ngirim naskah gitu. 

Kalau ditanya 'siapa sih penulis yang paling menginspirasi lo, Tal ?'. Dengan penuh kejujuran gue jawab : Raditya Dika. Yakin sih, nama barusan udah sering banget didenger sama orang Indonesia apalagi sama mereka yang suka nonton Malam Minggu Miko. 
Ketika pertama kali buku gue #gegara SKRIPSI terbit ada beberapa follower yang bilang kalau muka tulisan gue mirip Radit. Di satu sisi yah gue bersyukur kalau udah disamain sama idola gue itu, tapi disini gue mencoba meyakinkan kalau gue menulis dengan gaya gue sendiri. Terinsipirasi bukan berarti harus menjiplak habis-habisan kan ?

Ada satu hal yang bikin gue nyaman sebagai seorang penulis komedi. Gue ngerasa nggak perlu jadi orang lain dalam tulisan gue sendiri. Gue menuliskan apa yang gue inginkan, apa yang pernah gue alami, dan dengan imajinasi liar gue sendiri. Terkadang malah hal-hal itu yang bikin gue ngerasa nggak ada jarak antara penulis dengan pembacanya.

Di buku-buku gue, gue memang mencoba untuk mentertawakan diri sendiri. Bukan dengan maksud merendahkan diri sendiri atau nyari sensasi, tapi untuk yah paling tidak menghibur orang lain. Kalau orang lain bisa ketawa terbahak-bahak dan ilang stressnya kan itu artinya gue dapet pahala. Iya gak ? Iyain aja deh. Dari sekian banyak cara buat bikin orang lain tertawa adalah dengan nge-bully. Tentunya disini yang jadi objek bullying-nya adalah... gue *lap air mata pake tisu warteg*

Udah bukan rahasia umum kalau penulis komedi pasti bakal diketawain dan di-bully sama pembacanya. Buat gue semua itu sah-sah aja. Toh gue pun nggak marah mereka mau bully pake kalimat apapun juga. Kebanyakan sih follower gue yang nge-bully selalau ngangkat masalah skripsi dan kuliah gue yang nggak kelar-kelar. Atau tema apapun yang gue tweet. Bahkan ada follower yang semacam jadi pelanggan tetap untuk nge-bully gue (nggak perlu disebut username Twitternya. Takut ke-ge'er-an). Lucu-lucu juga sih bully-an  mereka walau terkadang agak nge-jlebb di jantung gitu. Tapi selama itu bisa mendekatkan gue dengan dia ataupun mereka, yah nggak masalah. Toh sekali lagi, tujuan gue nulis baik itu di buku ataupun di blog untuk menghibur orang lain, siapapun mereka, dari golongan apapun, dari agama apapun, dari sekolah mana pun dan nggak peduli dia jomblo atau bukan. Karena tugas gue sebagai seorang penulis komedi hanyalah membuat pembaca tertawa terbahak-bahak. Resiko yang terjadi sama mereka setelah ketawa baca tulisan gue, gue nggak tanggung jawab.
*kabboooorrr*

Thursday, July 11, 2013

Lezatnya Berbuka Puasa Ala Orang Sunda

Lahir dan besar di tanah Pasundan, ngebuat lidah akrab sama makanan khas daerah Jawa Barat. Kayak misalnya: Sambel Goreng Tongkol, Sayur Asem, Sayur Lodeh, Tumis Oncom Lenca, dan berbagai masakan lainnya. Emang sih nih lidah pernah nyicipin makanan dari daerah lainnya. Kayak misalnya Papeda dari Papua sana (enak lho!).
Selain hari-hari biasa, makanan khas Sunda juga mantep kalau dimakan buat Ta'jil atau hidangan berbuka puasa. Mumpung momenya lagi bulan Ramadhan. Gue coba posting beberapa makanan khas Sunda yang udah jadi menu wajib tiap buka puasa. Siapa tahu bisa jadi referensi buat kalian semua. Yuk mangga atuh disimak.

a. Mie Serodot.
    Apa sih mie serodot ? Ada sebuah mention dari follower ketika gue ngetweet nikmatnya makan buras dan 
    mie serodot pas buka puasa. Sebenernya mie serodot ini nggak beda jauh sama mie-mie yang lain kayak  
    misalnya mie goreng, mie ayam, dan mieyabi. Oke yang terakhir lupakan. 
    Terus mie serodot itu yang kayak begimana ?
    Mie serodot itu sendiri mie berwarna kuning yang digoreng bareng sawi dan kol. Yang     
   unikdari mie ini, kalau udah jadi bentuknya jadi licin gitu, dan kalau dimakan jadi langsung 
  serrr di tenggorokan. Itu lah kenapa dinamain mie serodot yang kalau dalam bahasa Sunda 
  artinya mie yang licin. Mie ini paling enak kalau dilumurin sama bumbu kacang dan ditemenin 
   sama gorengan dan buras. Kalau nggak mau gemuk. yah mie serodotnya aja.

b. Buras
    Makanan ini sebenernya nggak beda jauh sama lontong. Cuma bedanya lontong kebanyakan nggak ada 
    isinya dan teksturnya lembut. Kalau buras teksturnya cenderung kasar tapi isinya macem- 
    macem. Mulai dari bihun, oncom, wortel, sampai daging (buat yang mampu). Sama kayak  
   mie serodot, buras paling mantep kalau makannya pake bumbu kacang.

c. Goreng Reundeu
    Bentuknya nggak beda jauh sama gorengan-gorengan lainnya macam goreng bakwan atau 
    goreng tempe. Cuma kalau Reundeu ini sejenis kacang mirip kacang kedelai yang digoreng 
     pake tepung yang tebelnya 
    nyaris sama kayak kamus Indonesia-Inggris. Paling cocok buat temen makan gorenga.

d. Ranginang
    Ranginang ini nasi basah yang dibumbuin (biasanya sih pake terasi dan bawang putih)     
   terusdijemur sampai  kering. Ranginnag ini bentuknya bulet dan rasanya juga macem-
    macem. Selain rasa terasi juga ada rasa  udang.

Segitu dulu deh kayaknya informasi tentang beberapa menu makanan khas Sunda yang cocok buat nemenin kalian berbuka Puasa. Sebenernya mau makan apapun dan dari daerah manapun yang penting saatnya berbuka jangan makan banyak-banyak karena bisa bikin perut kaget, dan hasilnya malah bikin perut kalian sakit. Ujung-ujunya nggak Shalat Taraweh. Bahaya kan ?
Yuk ah, udah mau magrib nih. Babay! Selamat berbuka puasa :)

Tuesday, July 9, 2013

Mari Ngebuburit di Bogor

Udah tradisi buat sebagian umat islam di Indonesia khususnya di Sunda setiap puasa pasti pada ngebuburit. Sebenernya apa sih ngebuburit itu?
Arti ngebuburit itu sendiri secara singkat adalah kegiatan sambil menunggu buka puasa. Tentunya kegiatannya positif. Nggak mungkin juga kan ngebuburitnya makan kwaci ? Itu sih buka puasa duluan namanya!
Kegiatan ngebuburit itu macem-macem. Kayak misalnya jalan-jalan ke tempat wisata (sekarang sih pasti kebanyakan ke mall), Bikin kerajaninan tangan, masak kolek, dan yang paling hits sih udah pasti twitteran (yang setuju ngacung!). Tapi dari itu semua yang paling dianjurin sama agama sih ngabuburit sambil baca Al-Qur'an atau kalau di kampung nyebutnya Ngaji.
Gue inget waktu kecil setiap sore sekitar jam empata sama temen-temen gue pergi ke mesjid deket rumah sambil bawa Al-Qur'an, buku tulis sama pensil. Dandanang gue sendiri udah mirip anak pesantren abis. Pake peci, baju koko, sama sarung ngatung.Tapi bukan berarti kegiatan gue ngaji doang. Gue pernah ngabuburit sambil jalan-jalan ke sawah juga pernah sambil maen kelereng.
Udah gede, gue udah jarang ngebuburit sambil ngaji (Ya Allah ampunlah dosa hamba-Mu ini!) sekarang selain ngabuburit sambil twitteran atau nge-blog juga sambil jalan-jalan ke beberapa tempat yang jadi objek tongkrongan buat ngabuburit.
Karena gue orang Bogor, maka kali ini gue akan ngasih tau dimana aja sih tempat yang wajib kalau nongkrong sambil ngabuburit di Bogor ? Yuk, sok mangga disimak!

1. Lapangan Sempur
    Tempat ini udah kesohor dari jaman baheula jadi tempat favorit buat nongkrong nunggu buka puasa. Lapangan sempur ini sebenernya cuma lapangan yang sekelilingnya ada trek lari, dan sedikit agak ke utara ada buat climbing gitu. Pas bukan bulan puasa juga sebenernya tempat ini udah terkenal rame buat beberapa kegiatan outdoor apalagi kalau minggu pagi, tempat ini selain jadi track lari pagi juga jadi pasar kaget. Lo bisa beli apapun disitu. Mulai dari jersey bola sampai Laksa Bogor. 

2. Taman Kencana
Letaknya nggak jauh dari Lapangan Sempur. Seperti namanya, Taman Kencana ini memang didesain sebagai taman kota karena letaknya yang persis di tengah kota banget. Buat kalangan anak muda Bogor tempat ini adalah tempat latihannya anak Skateboard. Selain itu juga pernah dijadiin lokasi syuting beberapa film indie. Siapa tau aja kan pas lo nongkrong lo bisa ketemu cowok-cowok skateboard yang cool dan bisa juga diajak main film bareng. 
Kalau udah bedug tapi masih ada di Taman Kencana gimana ? Gak usah khawatir! Soalnya di dektet taman itu ada beberapa cafe yang bisa jadi pilihan lo buat buka puasa bareng temen, keluarga, pacar, selingkuhan ataupun Pak Ustadz

3. Taman Paranginan
Sama seperti Taman Kencana, Taman Paranginanan ini juga salah satu taman kota yang sering jadi lokasi nongkrong buat ngabuburit. Cuma dibandingkan Taman Kencana, taman yang satu ini kurang luas. Tapi soal sejuk dan jajanan murah, Taman Paranginan nggak kalah sama Taman Kencana.

4. Situ Gede
 Nah ini tempat tongkrongan favorit gue buat ngabuburit. Selain jaraknya yang deket dari rumah juga karena tempatnya adem dan unik. Di sini kita bisa ngabuburit sambil duduk-duduk di pinggir danau. Kalau punya duit lebih lo juga bisa nyobai naik bebek-bebekan yang bisa lo sewa dengan tarif sebesar 10ribu sampai 15ribu rupiah doang atau lo juga bisa ikut mancing bareng bapak-bapak yang sering nyari ikan di sekeliling Situ Gede.

5. Istana Bogor
Emang sih nggak nyampe masuk ke dalem Istana Bogornya cuma lihat-lihatin Rusa doang yang lagi pada duduk-duduk di halaman Istana Bogor, kalau beruntung lo bisa ngeliat Rusa dari deket dan bisa ngasih makan Rusa tadi. Nggak perlu bawa makanannya dari rumah, karena disekeliling suka ada ibu-ibu yang jual wortel sama kangkung.

Itu tadi tempat tongkrongan yang cocok buat ngabuburit di Bogor. Semuanya outdoor. Kenapa outdoor ? Karena menurut gue outdoor itu lebih banyak manfaatnya. Lo bisa jalan-jalan sambil ngelatih kaki-kaki lo, dan lo bisa ngehriup udara seger langsung dari alam. Beda kan sama udara seger yang ada di mall ? Tapi kalau lo mau ngebuburit sambil jalan-jalan atau beli baju buat lebarang. Nggak usah khawatir di Bogor berjubel mall-mall yang siap memuaskan hasrat berbelanja kalian semua. So tunggu apalagi diantos kasumpingannana di Bogor. Hayuk urang ngabuburit bareng-bareng :) !

Tuesday, June 18, 2013

Pemenang Giveaway Celengan Putih Merah #17TahunCelPutMer

Hey.. hey semua!
Udah pada nggak sabar yah buat tahu siapa yang menang giveaway Celengan Putih Merah ? Tahan dulu ya..
Pertama-tama, mau ngucapin terima kasih buat semua yang udah luangin waktu, tenaga, dan malam minggunya cuma buat ngirim komentar buat ikutan giveaway Celengan Putih Merah juga buat Media Pressindo yang udah ikutan bantu promo giveaway Celengan Putih Merah ini lewat akun @MedpressFiksi. Sampai hari terakhir udah ada lebih dari 20 (duapuluh) komentar yang masuk, baik itu di Twitter ataupun di Facebook. Jujur, semua komentarnya lucu-lucu, unik, kocak dan bahkan bikin nangis sambil meratap di tembok. 
Penilaian pemenang ini berdasarkan seberapa banyak komentar yang dikirim, keunikan komentar yang dikirim serta kelengkapan persyaratannya. Sekali lagi buat kalian yang udah ngirim komentar, terima kasih banyak dan semoga jadi motivasi buat saya dalam menulis lagi ke depannya. Tapi namanya kompetisi, tetep harus ada pemenangnya. Jadi, buat yang belum beruntung jangan berkecil hati nantikan giveaway selanjutnya dan tetep terus menulis. Inget, kegagalan adalah keberhasilan yang sebenernya udah di depan mata.  Buat yang menang saya ucapkan selamat. Jangan lupa buat review dan mention foto kalian sama buku Celengan Putih Merah-nya. Oh iya, satu lagi... bukunya jangan dijadiin hadiah buat nembak gebetan. Gak bakal ngefek.
Oke, daripada makin penasaran nebak ending sinetron Cinta Fitri siapa yang menang giveaway Celengan Putih Merah. Yuk langsung simak aja nama-nama di bawah ini. Siapa tahu ada nama kamu...
DAN  SELAMAT BUAT.... *bunyi gendang*


**************************
**************************
***************************
**************************

**************************
**************************
***************************
**************************

**************************
**************************
***************************
**************************

**************************
**************************
***************************
**************************
@ningaiyu

dan

**************************
**************************
***************************
**************************

**************************
**************************
***************************
**************************

**************************
**************************
***************************
**************************

**************************
**************************
***************************
**************************

@meliarawr

DM nama lengkap kalian, alamat, serta nomer handphone yang bisa dihubungi. Sekali lagi selamat yah! 
Ditunggu aja yah bukunya nyampe ke rumah kalian masing-masing :)
Salam dunia putih merah !